Nilai estetik
Teori Dasar :
Dalam rangka
teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan
dianggap sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilai moral, nilai
ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala
sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai
adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari
kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu
sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapat pada sesuatu benda sampai
terbukti ketakbenarannya.
Nilai Estetik
timbul dari seberapa indah suatu objek yang di lihat oleh kita,Estetik berasal
dari kata Estetika yang berarti salah satu cabang dari filsafat.dan Estetika
adalah ilmu yang mempelajari tentang keindahan dari suatu objek yang indah.jadi
Nilai Estetik sendiri mempunyai arti nilai dari suatu keindahan yang kita
rasakan setelah kita rasakan maka kita pun akan menilai seberapa indah objek
tersebut.
Nilai Estetika biasanya
ada pada bidang/dunia seni,karna seni merupakan salah satu dunia yang selalu
menghadirkan keindahan dalam setiap kali kita merasakan nya,pada seni Nilai
Estetik sangat di butuhkan agar para seniman dapat menyajikan keindahan ketika
mereka menampilkan dan menyajikan kepada para penonton.dan juga bisa di gunakan
untuk layak atau tidak nya suatu seni untuk di pertontonkan ke masyarakat.
Bidang seni erat kaitan nya
dengan nilai Estetik,sebagai contoh bidang pada seni yang membutuhkan nilai
Estetik yaitu bidang musik,di bidang musik sangat di butuhkan keindahan agar
keindahan dari musik yang di mainkan dan dengar oleh para pendengar
musik,ketika musik dimainkan barulah musik itu di nilai dan memiliki nilai
Estetik
Artikel Terkait :
Liputan6.com, Madura: Keris. Senjata jenis belati ini
pada fase lampau kerap berfungsi sebagai alat duel. Misalnya saja riwayat
kerajaan Singasari yang tak lepas dari kisah keris Empu Gandring. Senjata
pusaka yang dikenal karena kutukannya memakan korban dari kalangan elite
kerajaan. Termasuk, pemesan dan pemakainya sendiri, Ken Arok.
Keris masa kini tak lagi hanya
sebagai aksesoris atau ageman. Keris menjadi simbol budaya atau koleksi yang
dinilai dari segi estetika. Kekuasaan kerajaan Majapahit ikut mempengaruhi
penyebaran penggunaan keris. Sumber inspirasi pembuatan keris dapat ditemukan
di peninggalan Perundagian dari kebudayaan Dong Son dan Tiongkok Selatan.
Kebudayaan Dong Son merupakan
kebudayaan zaman perunggu yang berkembang di lembah Song Hong, Vietnam. Kajian
ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan pada analisis figur di
relief candi atau patung. Keris modern masa kini diyakini terinspirasi bentuk
keris era Majapahit.
Relief salah satu candi Majapahit di
Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur, menunjukkan bagian hulu senjata yang tidak
simetris dan bilah langsing itu menunjukkan ciri keris modern. Relief paling
mencolok tentang keris terdapat di Candi Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah.
Salah satu pusat pengerajin keris
terdapat di Sumenep, Madura. Pulau yang tak lepas dari pijakan Majapahit di
masa lampau. Pembuatan keris disini merupakan warisan turun temurun. Salah
satunya di Desa Palongan, Kecamatan Bluto. Wilayah ini sudah dikenal puluhan
tahun sebagai sentra pembuat keris. Denting logam dan suara pahat beradu palu
menjadi irama sehari-hari.
Basiriansyah misalnya. Sejak remaja,
ia sudah menjadi pembuatan keris. Dalam sehari minimal ia membuat dua bilah
keris. Bila ada pesanan ia bahkan sanggup menyelesaikan sepuluh keris. Soal
harga, keris di sini biasa dibandrol Rp 500 ribu. Harga itu akan melonjak
tergantung pamor keris. Jika ukiran dilapisi emas, harga keris bisa mencapai
puluhan juta rupiah. Keris Madura tipe produksi massal.
Tak ada ritual. Tak ada pantangan.
Keris dibuat sesuai permintaan pasar. Di sini, tradisi keris dibuat lebih
instan meski metode pembuatan masih menggunakan cara tradisional. Bagi
masyarakat Madura, keris tak sekadar benda pusaka yang kental nilai historis.
Namun juga dianggap memiliki Abinan atau kekuatan magis.
Salah satu turunan pembuat keris di
era Majapahit yaitu Sungkowo Harum Brojo. Kakek buyutnya adalah Ki Empu
Tumenggung Supodriyo. Bila dirunut berdasarkan garis silsilah Sungkowo mengaku
adalah keturunan ke 17. Sungkowo mulai membuat keris 1995 silam. Kepiawaiannya
membuat keris diwarisi adik ayahnya, Ki Empu Djeno Harum Brojo.
Untuk membuat sebilah keris,
setidaknya dibutuhkan waktu sekitar 40 hari. Seorang pemesan pun tak bisa
langsung mendapatkan keris yang diminati dalam waktu dekat. Adakalanya,
pelanggan harus menunggu satu hingga dua tahun untuk mendapat keris pesanannya.
Tak hanya dari Tanah Air, pesnan juga dari Luar Negeri. Ada dari Amerika,
Jerman, Prancis, Belanda, Spanyol, Jepang dan Venezuela.
Pemesannya juga dari berbagai
kalangan seperti, politisi, pengusaha, jenderal hingga duta besar. Keris buatan
Empu Sungkowo memang terkenal dan dihargai tinggi. Sebuah keris bisa dibandrol
mencapai puluhan juta rupiah. Harga sebilah keris bisa meningkat berlipat-lipat
jika sang pemesan menginginkan keris tersebut berlapis emas dan bertatahkan
intan permata.
Sungkowo adalah empu sejati.
Totalitasnya membuat keris dihargai lebih dari sekadar sebilah senjata tajam.
Keris Empu Sungkowo merupakan kesempurnaan gairah budaya yang panjang.
Komentar mengenai artikel & teori :
Menurut saya, Estetik itu adalah
suatu nilai keindahan yang dilihat dari sudut pandang individu masing-masing
orang. Seperti halnya yang dibahas dalam artikel diatas, keris sebagai nilai
estetika, yaitu berarti keris sebagai nilai keindahan. Namun tidak semua
berpendapat bila keris memiliki nilai estetika. Namun sebagian besar menganggap
keris sebagai nilai estetika karena sejarahnya. Jadi nilai estetika juga bisa
mencakup nilai sejarah / history. Dalam hal ini nilai estetika suatu keris
menjadikan keris itu sebagai simbol budaya Indonesia. Ini menjadikan nilai
positif bagi keaneka ragaman budaya Indonesia dilihat dari Negara lain sebagai
nilai estetik.
Semakin tinggi nilai estetika yang
ada pada suatu benda, maka semakin tinggi pula nilai ekonominya. Misalnya saja
mobil antik, mengapa mobil antik dibandrol dengan harga tinggi dibandingkan
mobil-mobil produksi terbaru ? itu karena nilai yang terkandung dalam mobil
antik itu, misalnya nilai sejarah yaitu zaman dari pembuatan mobil itu massa
pemakaian mobil, siapa yang pernah memakai mobil itum dari nilai estetika yaitu
mencakup kondisi mobil setelah bertahun-tahun digunakan dan lainnya.
Jadi kesimpulannya nilai estetik / estetika itu adalah nilai keindahan yang mencakup dari segi, budaya, sejarah, adat, dan keindahan, nilai estetik bertikan berarti sama pada setiap orang, melainkan tergantung dari mana orang itu memandangnya.
Komentar